Kupasan MH59 – Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., Berhasil Membuat Obat Antidiabetes dari Ekstrak Biji Pala

Keri-Lestari

Buah dan biji pala (Myristica fragrans Hout) sudah terkenal sejak dahulu memiliki berbagai macam khasiat dan kegunaan, baik sebagai bumbu masakan hinga obat alami untuk berbagai macam penyakit. Bahkan buah dan biji pala telah dikenal manfaatnya sejak jaman Romawi. Di Indonesia selama ini buah dan biji pala lebih dikenal sebagai bumbu masakan atau bahan panganan seperti manisan. Padahal, biji pala mengandung agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma, yang bermanfaat untuk penyakit diabetes.

Apakah orang penderita diabetes harus mengkonsumsi pala? “Boleh, tapi jauh lebih baik konsumsi pala untuk orang diabetes harus melalui proses-proses ekstraksi. Dan akan lebih mudah lagi kalau dikonsumsi dalam bentuk tablet. Karena dalam buah bala terdapat zat myritisin dan safrolyang menyebabkan kantuk. Untuk itu zat myritisindan safrol harus dibuang, diperlukan teknik ekstraksi secara farmasi untuk memisahkan zat tersebut,” ungkap Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., dosen Fakultas Farmasi Unpad yang berhasil membuat obat antidiabetes yang terbuat dari ekstrak biji pala.

Dr. Keri saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Farmasi Lantai 3 kampus Unpad Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, Jumat (28/09) lalu mengatakan, dalam uji fase 1 dengan mengunakan tablet ekstra pala yang sudah dibuang myritisin dan safrol, efek mengantuknya hilang, dan justru yang ada vitalitas lebih baik dan jauh lebih segar untuk orang yang sehat. Sedangkan untuk orang yang menderita diabetes menujukkan parameter perbaikan terhadap kadar gula dalam tubuh. Kadarnya  membaik meskipun hasil persentasinya berbeda-beda.

“Pengobatan untuk penderita diabetes melalui tablet ekstrak biji pala itu tergantung dari variasi individunya, terutama dalam menjaga pola makan dan pola hidup, karena dalam penatalaksanaan diabetes ini ada dua pilar, yaitu terapi nonfarmakologis, dan terapi farmakologis,” lanjutnya.

Keberhasilan Dr. Keri membuat obat antidiabetes yang terbuat dari ekstrak biji pala ini merupakan perjuangan panjang yang ia mulai sejak tahun 2008 ketika ia mengambil studi S-2. Mengetahui khasiat buah dan biji pala bisa mengobati diabetes, apalagi berada dalam lingkungan keluarga yang menderita diabetes, membuatnya makin termotivasi.

“Memang saya konsisten semenjak studi S-1 juga sudah mengenai diabetes. Awalnya cuma pengen memberikan treatment  buat keluarga. Dari sana timbul keinginantahuan terhadap biji pala. Pada tahun tersebut saya bekerjasama atau joint research dengan Yonsei University Korea, dan ditemukan aktivitas ekstrak biji pala sebagai agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma. Dari hasil penemuannya tersebut diketahui biji pala berpotensi untuk penyakit diabetes. Sehingga mulailah penelitian terhadap biji pala untuk dibuatkan obat antidiabetes,” jelasnya.

Dari hasil penelitiannya tersebut, pada tahun 2010 Dr. Keri mendapatkan Hak Paten atas pembuatan dan penggunaan ekstrak biji pala sebagai anti hiperglikemik, untuk obat antidiabetes pada pasien diabetes tipe 2 (P00201000179). Tidak berhenti sampai disitu saja, penelitian terhadap buah dan biji pala pun berlanjut hingga Dr. Keri melanjutkan studi S-3.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2011 dilakukan uji toksisitas sub kronik dan modifikasi ekstrasi dan formulasi. Selanjutnya, pada tahun 2012 dihasilkan ekstrak biji pala yang bebas myritisin dan safrol. Hingga akhirnya pada bulan April tahun 2012 ini Dr. Keri mendapatkan Hak Paten atas sedian bahan untuk obat anti dislipidemik menggunakan ekstrak biji pala (Myristica fragrans .Hout) dan metode pembuatannya (P00201100949).

Saat ini Dr. Keri terus mengembangkan teknologi formulasi sediaan yang tepat serta melakukan uji preklinik dan uji klinik untuk mengetaui aktivitas ekstrak setelah di formulasi, sehingga formula tersebut akan tetap stabil sampai ke tangan konsumen. Sedangkan untuk manufaktur sediaan ekstrak biji pala sebagai neutraseuticael dan antidislipidemik, ia telah bekerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk.*

Laporan oleh : Purnomo Sidik/mar               

[Unpad.ac.id, 01/10/2012]

Dosen Fakultas Farmasi Unpad, Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt. (Foto: Tedi Yusup)

Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., Berhasil Membuat Obat Antidiabetes dari Ekstrak Biji Pala

.

Obati Diabetes dengan Biji Pala

JAKARTA – Umumnya orang mengonsumsi buah pala dalam bentuk manisan, sementara bijinya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Tetapi, biji pala ternyata memiliki khasiat lebih dari sekadar bumbu dapur, ia dapat mengobati diabetes.

Menurut Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., biji pala (Myristica fragrans Hout) memiliki kandungan agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma, yang bermanfaat untuk penyakit diabetes. Penelitian pengajar di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) ini menunjukkan, penderita diabetes akan mendapatkan khasiat biji pala yang lebih baik jika mengonsumsi ekstraknya dalam bentuk tablet. Sebab, buah pala juga mengandung zat myritisin dan safrol yang menyebabkan kantuk.

“Untuk itu zat myritisin dan safrol harus dibuang, diperlukan teknik ekstraksi secara farmasi untuk memisahkan zat tersebut,” ujar Keri, seperti dilansir situs Unpad, Selasa (2/10/2012).

Keri pun berhasil membuat obat antidiabetes dari ekstrak biji pala tersebut. Dia bertutur, hasil uji fase 1 menunjukkan, kadar gula penderita diabetes yang mengonsumsi tablet ekstrak biji pala yang sudah dibuang myritisin dan safrolnya terlihat membaik, meski dalam persentase yang berbeda-beda. Sementara, efek tablet ini bagi orang sehat adalah memberikan vitalitas yang lebih baik.

Wanita berjilbab ini memulai penelitian ekstrak biji pala sebagai obat antidiabetes sejak 2008 lalu saat dia masih menempuh studi S-2. Hidup di lingkungan keluarga penderita diabetes pun membuat Keri kian termotivasi membuktikan khasiat buah dan biji pala mengobati diabetes.

Ketertarikan Keri pada diabetes sendiri sudah muncul sejak dia baru masuk studi S-1. Keinginan memberikan pengobatan bagi keluarga adalah motivasi awalnya mempelajari lebih jauh khasiat buah pala. Keri kemudian berkesempatan melakukan riset bersama dengan Yonsei University Korea. Penelitian ini menemukan aktivitas ekstrak biji pala sebagai agonis ganda PPAR alfa dan PPAR gamma yang berpotensi mengobati diabetes. Penelitian panjangnya pun dimulai dari sini.

Meski hasil penelitian Keri untuk pembuatan dan penggunaan ekstrak biji pala sebagai anti hiperglikemik, untuk obat antidiabetes pada pasien diabetes tipe 2 mendapatkan hak paten pada 2010 dengan nomor P00201000179, Keri tidak berhenti meneliti. Buah dan biji pala masih menjadi fokus penelitiannya pada studi doktoral (S-3).

Pada 2011, Keri melakukan uji toksisitas sub kronik dan modifikasi ekstrasi dan formulasi. Penelitian tahap selanjutnya pun menghasilkan ekstrak biji pala yang bebas myritisin dan safrol. Kemudian, pada April 2012, Keri mendapatkan Hak Paten atas sedian bahan untuk obat anti dislipidemik menggunakan ekstrak biji pala (Myristica fragrans .Hout) dan metode pembuatannya (P00201100949).

Keri terus melakukan penelitian untuk mengembangkan teknologi formulasi sediaan yang tepat. Keri juga melakukan uji preklinik dan uji klinik untuk mengetahui aktivitas ekstrak biji pala setelah diformulasi, untuk memastikan bahwa formula tersebut tetap stabil sampai ke tangan konsumen. Selain itu, Keri pun menggandeng perusahaan farmasi untuk memproduksi sediaan ekstrak biji pala sebagai neutraseuticael dan antidislipidemik.

Meski ekstrak biji pala terbukti berkhasiat mengobati diabetes, menurut Keri, penatalaksanaan diabetes sendiri biasanya menggunakan dua pilar, yakni terapi nonfarmakologis dan farmakologis. “Pengobatan untuk penderita diabetes melalui tablet ekstrak biji pala itu tergantung dari variasi individunya, terutama dalam menjaga pola makan dan pola hidup,” imbuhnya.(rfa)

http://kampus.okezone.com/read/2012/10/02/372/697976/obati-diabetes-dengan-biji-pala

5 Responses to “Kupasan MH59 – Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., Berhasil Membuat Obat Antidiabetes dari Ekstrak Biji Pala”

  1. Kabar bagus untuk dunia kesehatan Indonesia

  2. wow….penemuan hebat, semoga bermanfaat bagi rakyat Indonesia

  3. apakah sekarang obatnya sudah beredar? nama obatnya apa?

Trackbacks

Tinggalkan komentar