Lintasan MH58 – Harga Batubara Masih Akan Turun Hingga Akhir Tahun

Jakarta – Harga batubara diprediksi terus menurun pada semester II-2012 karena terjadi kelebihan cadangan ’emas hitam’ di dunia akibat permintaan turun.

Perusahaan dengan wilayah penambangan di Kalimantan yaitu PT Harum Energy Tbk (HRUM) memprediksi, harga batubara yang mereka kirim akan menurun hingga akhir tahun. Rata-rata harga batubara perseroan pada triwulan IV-2011 masih bertengger di US$ 97 per ton, lalu kemudian menurun menjadi US$ 94 per ton di triwulan I-2012. Pada akhir Juni 2012 kembali melemah ke posisi US$ 87 per ton.

“Kami perkirakan di triwulan III akan lebih rendah dan terus menurun hingga akhir tahun,” kata Direktur Utama Harum Energy Ray A Gunara di Jakarta, Kamis (20/9/2012).

Pencapaian harga rata-rata penjualan perseroan di semester I masih tergolong tinggi, akibat kontrak jangka panjang yang sudah disepakati dengan pembeli sejak tahun lalu. Namun seiring berakhirnya kontrak, tentu pelanggan Harum Energy meminta pengurangan harga jual.

“Pasti setelah ini banyak kontrak berakhir, mereka tentu akan memakai harga pada indeks terbaru,” paparnya. Namun demikian Ray tidak menyebutkan penurunan kisaran harga tersebut.

Perseroan juga memprediksi volume produksinya di 2012 tidak akan mencapai target. Harum Energy hanya dapat memenuhi produksi sekitar 12,5 juta ton, turun 500 ribu ton akibat kendala teknis di salah satu tambang perseroan, Santan Batubara.

“Di Santan Batubara (SB) turun dari 3 juta ton menjadi 2,5 juta ton karena adalah masalah salah satu blok yang tidak berjalan. Permasalah logistik operasional,” ucapnya.

Hingga kini perseroan mengandalkan produksi dari Tambang Batubara Harum (TBH) dan Mahakam Sumber Jaya (MSJ). TBH memiliki cadangan batubara 12 juta ton dengan sumber daya JORC 39 juta ton dan nilai kalori 5.400-5.800 kcal/kg. Tambang ini baru memulai produksi di pertengahan 2012.

MSJ telah berproduksi 8 juta ton di 2011. Total cadangan MSJ mencapai 82 juta ton dan sumber daya JORC 326 juta ton.

(wep/dnl)

http://finance.detik.com/read/2012/09/20/165107/2028265/1034/harga-batubara-masih-akan-turun-hingga-akhir-tahun

.

Harga Batu Bara Turun Karena Suplai Berlebih

Metrotvnews.com, Balikpapan:Merosotnya harga batu bara hingga separuh harga sejak September 2012 disinyalir akibat pasokan berlebih di pasar internasional.

Kini harga batu bara berkisar hanya 60-70 dolar AS per ton. Padahal sebelumnya, harga batu bara mencapai 130 dolar AS per ton.

“Memang oversupply, baik dari kita di Indonesia maupun dari negara-negara lain, selain juga sebagai dampak ikutan dari krisis ekonomi yang melanda Eropa,” kata Herman Kasih, Deputi Ketua Kerjasama Antarlembaga Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) di Balikpapan, Rabu (3/10).

Herman merinci, kelebihan di pasar itu diawali dari kelebihan stok batu bara di China yang juga sebenarnya hasil ekspor Indonesia. China mengurangi konsumsi batu bara karena industri pembuatan barang jadi yang diproduksi dengan mesin-mesin elektrik yang dibangkitkan dengan pembakaran batu bara tengah lesu.

“China mengerem laju konsumsinya menjadi hanya tujuh persen per tahun hingga tiga tahun ke depan, setelah sebelumnya sembilan persen per tahun,” papar Herman.

Selain itu, lanjut Herman, China juga mulai menambang sendiri batu bara miliknya dengan kapasitas produksi 750 juta ton per tahun.

Selain China, Amerika Serikat juga mulai jadi pemain ekspor batu bara. Setelah menemukan gas serpih (shell gas) yang murah, di mana biaya produksinya hanya dua sen dolar per kaki kubik, AS mengganti bahan bakar sejumlah pembangkit listrik dengan gas tersebut.

Pemakaian gas itu membuat AS menghemat batu baranya 180 juta ton per tahun. Ini juga mengakibatkan stok batu bara Paman Sam yang sudah terlanjur dieksploitasi menjadi tidak terpakai.

“Karena itu, untung satu dolar saja per ton, Amerika sudah lepas batu baranya. Maka pasar kita di Jepang dan Cina sebagian direbut Amerika,” kata Herman. Ekspor AS kini sudah mencapai 91 juta ton di bulan September lalu.

Herman menambahkan, pasokan batu bara dunia berlebih karena sejumlah pemain baru masuk ke dalam bisnis ini. Pemain lama juga tak mau kalah.

Dengan harga yang pernah mencapai 130 dolar per ton, banyak penambang batu bara, terutama di Indonesia, menggenjot produksinya habis-habisan.

“Akhirnya ya seperti saat ini, suplai melimpah ruah, permintaan turun, dan harga pun anjlok,” kata Herman. (Ant/Wrt3)

http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/10/03/108372/Harga-Batu-Bara-Turun-Karena-Suplai-Berlebih/2

.

Harga batu bara turun, pendapatan defisit

Kementerian ESDM kemungkinan harus mengoreksi target pendapatan dari industri batu bara akibat lesunya harga komoditas ini sejak akhir tahun lalu.
Batu bara yang semula menjadi primadona sempat menyentuh harga hingga US$130 per ton tahun lalu namun kemudian merosot tajam hingga sekitar US$84 awal September ini.

Kondisi ini menurut Wakil Menteri ESDM Rudy Rubiandini mau tak mau akan memaksa kementeriannya menghitung ulang pendapatan dari sektor batu bara, sektor penyumbang pendapatan negara terpenting dari kategori tambang, setelah minyak dan gas.

“Produksi turun, harga turun akan mempengaruhi pendapatan negara, tapi kita mafhum,” Rudy menjelaskan.

Rata-rata perolehan negara per tahun dari industri ini menurut Rudy mencapai Rp60 triliun, dengan asumsi harga antara US$90-120 per ton.

Batu bara adalah jenis mineral yang paling banyak menopang pendapatan nasional, dan merosotnya harga batu bara akan memaksa kementrian memutar otak mencari celah menutup defisit pendapatan dari komoditas lain.

“Nanti kita cek apakah di industri gas apakah ada penambahan, misalnya kemarin ada revisi harga gas, ternyata bisa,” tambah Rudy.

Rudy menegaskan pemerintah tidak khawatir soal terus merosotnya harga batu bara, meski mengakui tren penurunan harga juga merembet pada sejumlah komoditas mineral lain.

“Meluas pada mineral lain bukan hanya batu bara, nikel dan sebagainya itu akan terganggu juga”.

‘Hanya sementara’

Harga batu bara menguat tajam beberapa tahun terakhir sejak komoditas ini menjadi primadona energi terutama bagi dua negara terbesar di Asia, Cina dan India.

Dua negara ini juga menjadi tujuan utama ekspor batu bara asal Indonesia, selain Jepang serta beberapa negara Eropa.

Kelesuan ekonomi di Eropa dan AS membuat permintaan terhadap industri manufaktur di Cina dan India melemah dan akibatnya pembelian batu bara dikurangi.

Namun produsen seperti Bumi Resources, produsen batu bara terbesar di Indonesia, menyatakan tidak khawatir.

“Pelemahan pasar ini hanya bersifat sementara, di musim dingin harga batu bara akan (kembali) menguat,” kata Dileep Srivastava dari Bumi Resources.

Srivastava menegaskan meski turun jauh, harga batu bara sudah mengalami penaikan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan seluruhnya menunjukkan naik-turun harga adalah siklus yang biasa terjadi.

“Kalau kita lihat harga batu bara tahun 2007 hanya US$44, 2008 jadi US$73, 2009 jadi US$63, 2010 jadi US$71, kemudian berikutnya 2011 US$92, dan tahun ini 2012 kami perkirakan antara US$84-85.”

Keyakinan yang sama diungkapkan pemerintah, yang memperkirakan harga akan kembali ke titik keseimbangan sekitar US$90.

“Untuk pelemahan ini akan terganggu sampai akhir tahun,” kata Wakil Menteri ESDM Rudy Rubiandini.

Seleksi alam

Namun menurut Direktur Asosiasi Pengusaha Batu bara Indonesia (APBI), Bob Kamandanu, situasi seperti ini belum pernah terjadi.

“Memang tidak seburuk guncangan tahun 2008-2009 (harga) drop dari US$130 ke US$50-60 tapi dalam dua bulan secara gradual naik lagi ke US$120”, kata Bob.

Yang merisaukan menurutnya kondisi melemahnya harga batu bara sudah berlangsung cukup lama dan diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan.

“Akan membaik sih tahun depan, sebelum ketemu titik keseimbangan permintaan dan penawaran baru,” kata Direktur APBI ini.

Bob menyebut membludaknya pemain baru industri tambang batu bara sebagai penyebab utama merosotnya harga, yang dicatat APBI melonjak pesat dari puluhan hingga sekitar 400 perusahaan dalam tempo beberapa tahun terakhir.

Harga komoditas energi yang terus melonjak dan permintaan dunia yang tak henti-hentinya membuat industri ini diminati semua kalangan bahkan bagi mereka yang tak ada pengalaman di dalamnya.

“Kondisi ini bagus juga sih, terjadi seleksi alam, mana yang benar-benar sesuai dan mana yang hanya ikut-ikutan,” simpulnya.

Akibat pukulan berat sejak akhir tahun lalu, APBI memperkirakan kini populasi industri ini tinggal separuhnya.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/09/120904_coallandslide.shtml

.

2013, Kinerja Sektor Tambang Indonesia Masih Tertekan

2013, Kinerja Sektor Tambang Indonesia Masih Tertekan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komite Ekonomi Nasional (KEN) memproyeksikan kinerja sektor pertambangan di Indonesia tahun mendatang masih akan tertekan. Hal ini seiring dengan harga komoditas pertambangan di pasar internasional yang tengah turun.

Menurut Ketua KEN Chairul Tandjung, turunnya harga komoditas pertambangan disebabkan permintaan terhadap komoditas pertambangan yang diperkirakan masih akan melemah seiring dengan lesunya kondisi perekonomian global. “Secara keseluruhan, indeks harga saham di sektor pertambangan mengalami pelemahan pada 2012 sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia,” tuturnya, Senin (10/12).

Indeks harga saham di sektor pertambangan sebenarnya masih menguat sepanjang kuartal pertama dan mulai menurun pada April dan Mei. Indeks harga saham di sektor pertambangan ini bahkan sempat naik ke level 2804,1 pada Februari. Akan tetapi, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 6,6 persen (MoM) pada April dan sebesar 19,9 persen(MoM) pada Mei. “Sehingga, dari awal tahun hingga Oktober 2012 indeks harga saham di sektor pertambangan turun sebesar 29,2 persen,” imbuhnya.

Lebih jauh diungkapkannya, menurunnya harga saham perusahaan pada sektor pertambangan tersebut tidak terlepas dari penurunan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional. Sejak awal tahun 2012, komoditas pertambangan seperti aluminium, nikel, dan timah putih menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

Misalnya, harga nikel dari harga rata-rata 20.450 dolar AS per ton pada Februari 2012 turun menjadi 15.658 dolar AS per ton pada Agustus 2012. Sedangkan, harga timah puti dari harga rata-rata sebesar 2.057dolar AS per ton Februari 2012 turun menjadi 1.814 dolar AS per ton Agustus 2012.

Pada semester pertama 2012, pertumbuhan PDB sektor pertambangan masih menunjukkan peningkatan. Hingga pertengahan tahun ini, sektor pertambangan berhasil mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 2,9 persen. Namun, pada pertengahan ke dua tahun ini, pertumbuhan sektor pertambangan diperkirakan akan menurun sehingga sektor pertambangan diperkirakan hanya tumbuh 2,2 persen pada tahun ini.

Selain itu, sektor pertambangan sering menghadapi kendala dalam masalah ketidakpastian hukum terutama bagi investor. “Apabila tidak segera diselesaikan, masalah ini dapat menghambat kinerja sektor pertambangan di masa mendatang,” tuturnya.

2 Trackbacks to “Lintasan MH58 – Harga Batubara Masih Akan Turun Hingga Akhir Tahun”

Tinggalkan komentar